Menkeu: Perempuan Punya Peran Penting Pulihkan Perekonomian

By Abdi Satria


nusakini.com-Jakarta- Pandemi Covid-19 memiliki dampak yang asimetris bagi perempuan dibandingkan laki-laki. Padahal, perempuan memiliki porsi peran yang besar, baik bagi keluarganya maupun dalam mendorong pertumbuhan perekonomian. Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menyatakan bahwa perspektif kesetaraan gender harus terus dibangun agar perempuan mampu melakukan kontribusinya secara maksimal, baik untuk melakukan tugasnya dalam keluarga sekaligus menjadi penggerak roda perekonomian.

Menkeu mengatakan bahwa meskipun saat ini sudah memasuki tahun ketiga dari pandemi dan jumlah kasus penularannya sudah melewati puncaknya, tetapi Covid-19 masih menjadi tantangan bagi banyak negara. Pemberian vaksinasi, sebut Menkeu, menjadi salah satu prioritas untuk memberikan lebih banyak ketahanan bagi masyarakat. Oleh karena itu, Menkeu menyebut bahwa pencapaian target minimal 70% dari jumlah penduduk. Dengan begitu masyarakat bisa mulai secara aktif melakukan kegiatan ekonomi maupun kegiatan sosial lagi tanpa disertai peningkatan penularan.

“Jadi, dalam kondisi pandemi saat ini masih terdapat tantangan namun mudah-mudahan dengan kasus yang sudah mulai berkurang ini akan memberikan kesempatan yang jauh lebih baik bagi semua pihak untuk dapat memulihkan kembali kegiatan ekonominya khususnya perempuan,” jelas Menkeu dalam acara Side Event The 66 Session of The Commission on The Status of Woman, Rabu (16/03).

Menkeu juga mengingatkan bahwa pada saat yang sama dunia sedang menghadapi tambahan risiko ekonomi global. Meningkatnya harga komoditas baik berupa energi, bahan tambang mineral maupun harga pangan terutama akibat geopolitik serta perang di Ukraina dapat menimbulkan risiko tambahan bagi pemulihan ekonomi. Tingginya tekanan inflasi terutama yang berasal dari komoditas berupa harga energi, harga listrik, atau bahkan harga pangan akan menjadi ancaman bagi pemulihan, terutama pada daya beli rumah tangga.

“Lagi-lagi pandemi ini berimplikasi asimetris bagi perempuan. Mengapa? Karena merekalah yang sebenarnya di posisi awal sebagai pihak yang lebih rentan. Dan jika perempuan menderita, maka akan ada juga implikasinya pada anak-anak mereka. Dalam konteks itu, kami melihat bahwa ini bukan hanya pemulihan biasa, tetapi bagaimana kami akan mampu merancang pemulihan ekonomi yang lebih setara terutama dari perspektif gender,” lanjut Menkeu.

Menkeu menyebut studi yang dilakukan oleh McKinsey Global Institute menunjukkan bahwa kesetaraan gender dapat memberikan tambahan 11% dari PDB global, atau nilainya sebesar 12 triliun dollar AS. Jumlah ini merupakan angka yang sangat signifikan dan sangat dibutuhkan dalam memulihkan perekonomian. Menkeu menegaskan bahwa kesetaraan gender ini bukan hanya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi itu saja, tetapi juga melihat perspektif bahwa ini juga akan memberikan manfaat yang lebih baik terutama bagi perempuan dan anak-anak.

“Jika potensi perempuan bisa kita wujudkan sepenuhnya, maka implikasinya bagi perekonomian global akan lebih signifikan lagi. Ini akan cukup kuat untuk mengimbangi apa yang sedang terkontraksi atau terkikis oleh pandemi dalam dua tahun terakhir,” kata Menkeu. (rls)